Bisnis Apartemen Bawah Laut

Sebuah Refleksi Singkat di Akhir Pelayanan Tahun 2021

Yoppy Jutan (Tobelo, Halmahera Utara – Maluku Utara)

Awal tahun 2020 saat Pandemi Covid 19 melanda Indonesia, seluruh akses transportasi tertutup sehingga Kami tidak dapat memasarkan ikan dari nelayan binaan melalui exportir di Manado, Jakarta, dan Bali. Kami belajar untuk tetap tenang dan tinggal di dalam Dia, karena Dia berkata: “Akulah Gembala yang baik!” karena di saat merasakan seperti “terkurung dalam kandang” justru DIA datang dan memberi makanan. Di saat tidak dapat mengirim ikan ke Bali, justru Kami malah mendapatkan pekerjaan lain dari Bali sebagai tenaga konsultan Penataan Zona Rantai Dingin Komoditas Perikanan di Indonesia Timur pada Kawasan Benoa Maritime Tourism Hub di Bali. Dalam kurun waktu 3 bulan kemudian usaha bersama nelayan binaan kembali berjalan secara normal.

Kini, di masa Pandemi tahap ke 2 di tahun 2021, saat usaha Kami bersama nelayan belum genap setahun beroperasi, akhirnya harus benar-benar terhenti dan nota nelayan per tanggal 13 April 2021 adalah bukti transaksi terakhir yang Kami terima dari exportir ikan hias dan karang di Denpasar, Bali. Kali ini bukan karena alasan tertutupnya akses transportasi, tetapi karena berbagai alasan teknis dari nelayan (mereka adalah warga keturunan Philipina), sebagian crew terpaksa memilih kembali ke negara Philipina dengan alasan keperluan mendesak menggunakan armada semut dengan menempuh perjalanan 2 hari 2 malam dari Tobelo. Beberapa diantaranya setelah kembali ke Tobelo, mereka membawa bibit babi dan ayam Philipina untuk menjalani usaha peternakan sebagai pekerjaan transisi.

Awal Juni 2021, setelah memutuskan untuk melakukan istirahat sejenak dan membiarkan sumberdaya ikan karang di alam kembali mengalami recovery sambil menanti semua crew nelayan bersatu kembali, puji Tuhan, disaat bersamaan, justru Kami pun mendapat kontrak kerja sebagai koordinator ahli dalam pekerjaan “Transplantasi Karang” dari Kementerian Lingkungan Hidup. Bersyukur karena melalui pekerjaan ini, dapat turut serta berkontribusi melakukan pemulihan kerusakan ekosistem terumbu karang yang adalah apartemen bawah laut atau rumah bagi ribuan jenis ikan karang (termasuk ikan hias laut yang Kami pasarkan) dan juga jenis-jenis ikan konsumsi yang merupakan sumber pangan bagi manusia di dunia.

Ketika selesai melakukan survey dan memberikan laporan pendahuluan, Kami mendapat berita bahwa kegiatan ini sudah dihapus karena adanya refocusing anggaran APBN untuk penanganan Covid 19. Namun hanya oleh kasih karunia Allah, akhirnya pekerjaan ini dapat dilanjutkan lagi melalui kuasa atau hak aspirasi Anggota DPR RI asal Maluku Utara.

Pekerjaan ini merupakan suatu tantangan tersendiri karena bekerja dibawah laut dan menghabiskan sekitar 100 tabung oksigen untuk melakukan penanaman dan perawatan sekitar 3600 ranting karang pada 160 media keras berupa rangka besi berbentuk spider. Selain menantang, Kami sangat bersyukur karena melalui pekerjaan dengan limit waktu 6 bulan (Juni-November) ini, dapat bekerjasama dengan staf di Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Halmahera Utara dan Marine Center Saro, dan berinteraksi dengan anak-anak muda di komunitas Halmahera Dive Club, mahasiswa dan dosen di Universitas Halmahera, serta memberi edukasi bagi ratusan masyarakat di 2 desa sasaran di Pulau Meti Kecamatan Tobelo Timur dan di Desa Luari, Kecamatan Tobelo Utara, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.

Doc. Pribadi: Tim Work Transplantasi Karang

Proses pertumbuhan karang membutuhkan waktu yang cukup lama. Meskipun jenis karang yang Kami pilih adalah karang yang tergolong cepat pertumbuhannya, namun rata-rata jenis karang tersebut justru hanya bertumbuh sekitar 5-6 mm per bulan.

Salah satu syarat utama agar karang dapat tumbuh adalah tersedianya media atau substrat yang keras agar dapat tinggal atau menempel dan bertumbuh dengan baik. Saat berada di kedalaman 5-10 meter dibawah laut, terlihat ada banyak sekali ranting karang yang berserakan dan ada sedikit gejala untuk tumbuh sendiri, namun tidak dapat bertahan lama dan akhirnya mati akibat hempasan gelombang laut dan perubahan pola pergerakan arus bawah laut.

Oleh sebab itu, melalui pekerjaan ini Kami harus menyediakan media berupa kerangka besi dan mengikat bibit karang agar melekat erat pada pokoknya yakni media besi untuk proses penempelan ranting karang. Bersyukur setelah melewati masa 1-3 bulan awal sudah mulai terlihat adanya proses sementasi atau penempelan ranting karang pada pokok besi disertai adanya pertumbuhan tunas baru. Lingkungan sekitar media transplan pun perlahan-lahan mulai berdatangan gerombolan ikan untuk tinggal serta mencari makan diantara apartemen buatan ini.

“Akulah pokok Anggur Yang Benar dan Bapa-Kulah pengusahanya! “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Yohanes 15:1,4.

Kami akhirnya menarik satu pelajaran bahwa sebagai orang yang dipilih Allah, seharusnya Kami dapat berbuah lebih banyak lagi dalam komunitas dan orang banyak di sekitar, dapat mengembang ke kanan dan ke kiri meluaskan tenda tempat kediaman, melalui berbagai bentuk pelayanan apapun termasuk melalui bisnis ikan yang Kami peroleh dari “apartemen bawah laut” di perairan Halmahera, namun semua itu tidak mungkin dapat berkembang dengan sendirinya, kalau bukan karena Allah ada di dalam Kami. Kami ini hanyalah sebuah ranting, Kami harus selalu datang dan tinggal pada Pokok yaitu Yesus Kristus, sebab di luar Allah (Sang Pengusaha) Kami tidak dapat berbuat apa-apa!

Salam dan Doa,

Tobelo, 12-12-2021

Kisah Saya yang Unik

Franklin Kurniawan

Di masa kecil, tidak terpikir dan tidak punya keinginan untuk berbisnis atau berdagang. Jadi walaupun saya besar di lingkungan pebisnis dan pedagang, dan punya darah yang katanya darah dagang, otak saya itu otak karyawan, bukan otak bisnis.

Padahal kalau dipikir-pikir, Ibu saya dulu itu sempat berdagang kecil-kecilan. Di tahun 70-an di Medan, Ibu terima jahitan, ngajar menjahit, pernah jual es ganefo, dan kemudian di tahun 80-an, Ibu adalah pionir di Medan dalam membuat dan menjual sukade untuk kue. Waktu kecil, saya ingat ada orang Aceh yang datang ke rumah tiap beberapa bulan mengantar jeruk pagar (semacam citrus) dalam karung goni. Zaman itu belum ada internet. Entah dari mana Ibu bisa sourcing pemasok jeruk tsb dan berhasil eksperimentasi cara pembuatan sukade.

Jeruk sukade ini seperti lemon tapi lebih besar dan kulitnya lebih tebal. Kulit jeruk inilah yang kemudian diolah menjadi sukade. Saya, adik dan adik Ibu yang bertugas memotong sukade menjadi potongan-potongan kecil, dimasukkan ke plastik kecil, siap untuk dititip jual di toko-toko tidak jauh dari rumah.

Setelah lulus kuliah, saya bekerja di Batam. Masuk dalam dunia manufakturing. Batam waktu itu dikenal sebagai Begitu Anda Tiba Anda Menyesal. Infrastruktur masih parah. Jalan-jalan berlumpur setelah hujan. Bioskop cuma ada Studio 21. Supermarket cuma ada Gelael. Yang banyak adalah karaoke dan pub.

Sebagai orang pabrik, dari awalnya saya orang operasional, bukan orang sales atau business development. Orang operasional berantemnya selalu dengan orang sales. Jadi tidak pernah kepikiran untuk jadi orang sales dan juga tidak merasa punya kemampuan.

Setelah 5 tahun bekerja di satu PMA di Batam, saya dan eks kolega buat PT. Ini alur perjalanan hidup yang aneh. Dari high tech company, kami jualan mainan bekas. Mainan bekas diambil dari Salvation Army (Bala Keselamatan) di Singapore, dibawa ke Batam memakai jasa tongkang nelayan. Dibersihkan dengan minyak kayu putih, satu trick yang kami pelajari dari orang Salvation Army, sebelum dipajang untuk dijual. Sementara jualan mainan bekas, kami mencoba memulai berdagang cleanroom consumables untuk pabrik-pabrik di Batam.

Ketika memulai PT tersebut, anak pertama kami baru lahir. Bisnis belum menghasilkan. Tabungan kami menyusut drastis. Dua bulan kemudian, saya dan istri mulai kuatir. Apakah nantinya akan punya uang untuk beli susu untuk anak kami?

November 1999, saya terpaksa jadi karyawan lagi. Pekerjaan yang saya peroleh sebenarnya pekerjaan buangan, pekerjaan yang telah diterima tetapi kemudian dilepas oleh seorang teman. Informasi lowongan juga hanya sepintas dari adik ke istri dan kemudian disampaikan ke saya. Waktu itu saya ogah-ogahan dan pesimis kalau lowongan tersebut masih ada.

Namun ternyata Tuhan berencana lain. Saya bekerja di perusahaan Amerika tersebut selama 11 tahun, memperoleh kesempatan untuk berkarir dan bekerja di Singapore, the Philippines, sebelum kembali ke Singapore. Anak kedua kami made in Batam tetapi lahir di Philippines.

Setelah 11 tahun di sana, saya dan beberapa kolega termasuk atasan saya berkesempatan untuk melakukan MBO (Management Buyout). Kami berhasil menggaet 3 investors dan dengan modal minoritas dari kami tim management, kami membeli divisi perusahaan dari parent company.

Dua tahun pertama, bisnis berjalan mulus. Tahun ketiga, kami mengalami revenue dan cash flow problem, terutama ketika Nokia, customer terbesar kami, bangkrut.
Tahun 2013, dengan persetujuan atasan sekaligus teman dekat saya, saya berhenti dan meninggalkan perusahaan walaupun masih memiliki saham minoritas. Saya berhenti untuk membantu cashflow perusahaan. Hari terakhir di kantor, saya menangis.

Impian saya waktu itu adalah untuk bisa pensiun dini ketika perusahaan IPO atau dibeli oleh perusahaan yang lebih besar. Dua tahun setelah saya berhenti, perusahaan bangkrut dan tutup. Jangankan pensiun dini, kami kehilangan semua modal investasi kami. Amblas blas.

Masa itu adalah masa-masa yang sangat berat bagi saya pribadi dan keluarga. Impian untuk pensiun dini punah. Tuhan berkehendak lain. “Franklin, kamu belum waktunya pensiun, ayo sana kerja keras lagi”. Kira-kira begitu pesan dari Tuhan.

Sedikit kembali ke PT yang saya dan teman mulai di Batam di tahun 1999. Setelah hampir setahun saya bekerja kembali sebagai karyawan dan hanya sebagai pemilik pasif dari PT tsb, kami sepakat untuk saya melepas saham saya dan teman saya menggaet teman lain sebagai partner. Selain di Batam, mereka kemudian buka di Jabodetabek. Di awal 3 hingga 5 tahun pertama, perusahaan tersebut struggle. Omset rendah. Penghasilan tidak mencukupi. Saat ini, setelah 20 tahunan, omset mereka lebih dari 150M. Saya tidak iri dan tidak ada penyesalan. Perjalanan hidup orang berbeda-beda. Saya menikmati perjalanan berkarir di dunia korporasi. Lagi pula saya tidak akan mampu bertahan selama 3-5 tahun tanpa penghasilan memadai di awal perjalanan perusahaan tsb.

Kembali ke perjalanan karir saya. Setelah pukulan berat dengan bangkrutnya perusahaan MBO, saya bekerja di dua perusahaan PMA lain. Satu dari Jerman, satunya lagi Inggris. Setiap bergabung dengan perusahaan baru, saya selalu punya harapan yang mungkin terlalu culun, yaitu berharap agar bisa langgeng dan pensiun di perusahaan itu. Kenyataan jauh dari harapan. Politik korporasi semakin kental. Di perusahaan Jerman, saya di-terminasi karena politik internal dan saya menjadi kambing hitam dari situasi pabrik di Batam yang menjadi tanggung jawab saya. Pabrik itu akhirnya ditutup. Di perusahaan Inggris, atmosfir kantor yang toxic dan suka cari kambing hitam membuat saya tidak betah.

Saya mulai berpikir. Passion saya mulai berubah. Dari operasional dan manajemen pabrik yang telah saya tekuni selama 20-an tahun, passion saya mulai berubah ke training, coaching, consulting. Tahun 2017, saya berkesempatan untuk memberi kuliah singkat di almamater jurusan Mesin ITB. Dalam kuliah 2 hari x 2 jam itu, saya sharing berbagai sisi dunia industri dan profesi di manufakturing ke sekitar 70-an mahasiswa tingkat 3. Pengalaman yang sangat menyenangkan.

Dengan aspirasi dan visi yang sama, di tahun 2017 saya dan dua teman membentuk perusahaan konsultansi dan Industry 4.0 solution integrator di Indonesia dan Singapore. Satu shareholder kemudian keluar sehingga sekarang hanya kami berdua. Operasional perusahaan dua tahun pertama dilakukan oleh teman saya karena saya masih bekerja waktu itu. Baru 2 tahun kemudian saya memberanikan diri untuk keluar dan fokus ke bisnis tsb.

Di akhir 2019, situasi bisnis mulai menjanjikan. Beberapa proyek besar kami peroleh. Kemudian Covid-19 meledak. Yang tadinya saya langganan melihat airport tiap 2-3 minggu sekali, terkadang beberapa kali dalam seminggu, saat ini saya sudah belum pernah ke airport sejak Maret 2020. Banyak perubahan terjadi. Masalah datang bertubi-tubi. Secara finansial, masa ini adalah masa paling sulit bagi kami sekeluarga. Penghasilan turun 75%.

Jehovah Jireh. God provides. Itu doa pendek saya ketika bangun pagi dan tidak tau mau berdoa apa.

Sampai saat ini, Tuhan memelihara dan benar-benar menyediakan jawaban tepat pada waktunya. Lebih dari 1.5 tahun berlalu sejak pandemik meledak, kami masih tertatih-tatih hidup dari hari ke hari. Namun kami percaya, Jehovah Jireh. Dia tidak akan pernah meninggalkan kami.

Singapore, 10 Dec 2021

Padang Gurun dalam Bisnis

Ian Bangun (Bali)

Beberapa waktu yang lalu lihat di info Denpasar, Babi Guling Chandra terbakar. Sangat kasihan sama pemiliknya. Tidak terbayang bagaimana hancurnya hati sang pemiliknya. Tempat ini cukup terkenal dan memang makanannya enak.

Pasang surut berbisnis sudah kulihat di keluarga sendiri. Bapak kerap kali gonta ganti jenis usaha. Mulai dari usaha pupuk, penggilingan padi dan jagung, pengiriman jeruk, sampai buka rumah makan BPK. Semuanya kandas dan tidak berlanjut sampai sekarang.

Situasi yang tidak baik dalam berbisnis ini ibarat bangsa Israel ketika melintasi padang gurun ke tanah perjanjian. Situasi yang tidak mudah. Merasa diombang-ambingkan keadaan. Mungkin malahan ragu akan adanya pertolongan dari Tuhan.

Kami ke Denpasar tujuan awalnya ingin berbisnis. Karena kurang mempersiapkan diri usaha awal kandas. Sempat tidak merasa percaya diri lagi ketika memulai Valerisa Cake ini. Apakah akan kandas lagi?

Seperti bangsa Israel yang tidak dibawa Tuhan lewat jalan tercepat menuju tanah perjanjian. Tuhan bukan tidak sayang, melainkan ingin mempersiapkan banyak hal. Aku mengimani Tuhan juga berlaku hal sama dengan kami saat ini.

Masa padang gurun memang sangat tidak menyenangkan. Akan tetapi masa dimana Tuhan menunjukkan penyertaan-Nya. Dia baik dalam setiap situasi.

Melihat penyertaan Tuhan yang sering tidak terduga, mengingatkanku untuk kembali lagi taat kepada-Nya. Memperkatakan kebenaran tentang Kasih Karunia-Nya. Tidak menunggu mengatakan Tuhan ada saat dapat situasi yang menyenangkan. Tuhan selalu ada menyertai dan turut serta membentuk kami menjadi pribadi yang diinginkan-Nya.

Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.

Yesaya 43:2 (TB)

Ayat janji Tuhan yang buat semakin semangat. Terima kasih.

Tuhan memberkati.

Denpasar, 10 Des 2021